13.4.11

dear sasha (part 2)

Amsterdam Penghujung Maret 2011

Dear sasha,

Tersisa 5 bulan Mama tinggal di sini nak....jika semua berjalan lancar impian Sasha untuk menunggu Mama di bandara, berlari sekencang-kencangnya, melompat ke gendongan Mama, kemudian memeluk mama seerat-eratnya akan terwujud. Hidup adalah pilihan sayang, kita akan selalu di hadapkan pada pilihan. Bahkan saat kita mengeluh karena tidak diberikan pilihan sesungguhnya pilihannya selalu ada..yaitu “take it or not”...hanya yang harus kita siapkan adalah konsekuensi akan semua pilhan kita. We can’t ride two horses at the same time, dear.

Mama tiba disini 7 bulan lalu dengan segunung mimpi, dengan sejuta gairah yang setiap nafasnya dipenuhi dengan semangat. Gairah untuk menyelami samudera ilmu, semangat untuk menaklukan setiap tantangannya. Jika Mama teringat sasha, teringat Nene’, rumah kecil kita dengan bunga-bunga ungu dan merah di halaman, pohon mangga yang baru saja mengeluarkan bunga dan pucuk-pucuk buahnya yang pertama saat kita tinggalkan. Lebih dari segalanya, senyum dan suara sasha selalu ada di setiap langkah mama. Dan mama tau, sasha merasakan yang sama...salah satu teman mama bilang “your daughter has a very big heart”...yes you are my dear...you are ...I know you will grow and be a smart tough girl.

Apalagi waktu di awal-awal kedatangan mama di sini sasha cerita lewat skype

“mama, sasha keingatan mama terus..Sasha naik panas badannya. piyama pink yang Mama pakai sasha bawa setiap mau tidur, sasha peluk, Sasha cium sampai sasha tidur.”

Dan jika mama tanya “Kenapa sasha cium-cium baju mama nak?”

“ kayanya perasaan sasha baju itu bau Mama”...singkat jawabanmu sayang. Tapi sungguh dalam menusuk hati Mama.

ah, sayang...Sasha ga bolehkan Nene’ mencuci baju itu hingga sekitar 2 atau 3 minggu, piyama itu baju yang terakhir mama pakai sebelum berangkat ke sini. Nene’ berusaha meyakinkan Mama bahwa sasha baik-baik saja. Bahwa Sasha panas badannya karena pilek. But everyone knows this mother daughter relationship. Relationship antara nene’ dan Mama, antara Mama dan Sasha. Mama tau tak akan pernah mampu membayar semua kasih sayang nene’ ke mama. Bahkan hingga sekarang Mama berusia 31 tahun, Nene tidak pernah berhenti memberi. Memberi dan memberi, tiada meminta. “hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.” Ternyata lagu masa kanak-kanak mama itu sangat besar maknanya sayang.

Jika mengingat semua itu, hati mama seperti teriris...ah, sekali lagi..hidup adalah pilihan sayang dan semua pilihan ada trade off nya.

Untunglah Sasha bisa dengan cepat beradaptasi, Sasha punya banyak teman-teman baru lebih daripada saat sasha di Banjarmasin, dan berada di sekitar saudara dekat di Samarinda sedikit banyak dapat mengisi ketiadaan Mama di dekat sasha. Mama tahu tidak ada yang dapat menggantikan kehadiran mama sayang, apalagi kita terbiasa hanya berdua di Banjarmasin, tanpa satu family pun di sekitar kita, maka ikatan batin itu terasa lebih kuat. Namun sekali lagi sayang, semua ada trade off nya, we can’t ride two horses at the same time.

Melewati minggu-minggu pertama perkuliahan...Mama mulai tergagap-gagap. Bekal ilmu yang mama bawa ternyata hanya sebatas pengantar. Jembatan menuju tantangan yang sesungguhnya. Dan itu ternyata tidak cukup, mental yang kuat dengan daya persistence yang tinggi adalah pelengkap wajib untuk belajar overseas. Karena cerdas di negara kita tidak cukup di sini sayang, bukan...lebih dari itu adalah kemampuanmu berada dalam jalur yang konsisten. Mama tidak hanya dituntut menjalankan tugas sebagai mahasiswa, tapi juga menata hati untuk tetap kuat bertahan unbreakable.

Sekali waktu mama begitu bangga dan percaya diri, sambil mengayuh sepeda menju kampus melawan dingin dan kencangnya angin Amsterdam mama bisikkan mantera-mantera itu

“kamu di sini karena kamu mampu, kamu mampu dengan seizin Allah, tuhanmu yang Maha Mengukur itu. Maka mana sekarang ikhtiarmu?? Mana perjuanganmu?? Sekarang adalah tugasmu untuk menyelesaikan satu episode hidupmu.”

Di lain waktu mama merasa lemah dan lelah, apalagi saat mama sempat failed di satu mata kuliah saat di blok 1. Kadang timbul bisikkan untuk menyerah...biarlah aku pulang saja, aku tak sanggup meneruskan ini..terlalu berat..terlalu berat.

Ada satu kesempatan "her tentament" istilahnya, di mana mahasiswa bisa sekali lagi ikut ujian ulangan (mungkin istilah ujian HER di negara kita itu berasal dari Belanda) yang harus Mama perjuangkan. Bukan mudah sayang, bahkan mama bertemu dengan 1 mahasiswa Belanda yang mengaku sudah mengambil ujian ini untuk yang ke lima kalinya. Oh sayang, bisakah sasha bayangkan depresi dan nervousnya Mama. Lima kali.. itu berarti extend hingga tahun kedua. oh nooo..itu tidak ada dalam pilihan mama. Siapa yang akan membiayai? karena scholarship contract hanya hingga September 2011.Lebih dari itu mama sudah sangat merindukan Sasha.

Tapi kemudian Mama ingatkan lagi diri mama dengan kata-kata sakti lainnya

Not at once kamu bisa sim salabim avrakadavra kemudian lulus. Usahamu harus lebih dari sekadarnya. Jika kamu terbiasa belajar dengan level 10, maka sekarang levelmu harus 10 kali lebih dari sekadarnya, switch it to 100 even to 1000”.

Motivasi yang kuat dengan kemampuan menemukan strategi belajar yang tepat harus didapatkan. Sebagian teman Mama belajar saat malam mulai menjelang, sejak jam 8 malam hingga subuh datang sekitar jam 4 atau jam 5 dini hari. Sebagian lagi menghabiskan waktu seharian di kampus, duduk berjam-jam di library atau studying room start jam 9 pagi sampai jam 6 sore, hanya diselingi shalat dan makan siang atau sesekali ke toilet. Saat musin ujian datang, bisa lebih menggila lagi nak, sampai jam 10 malam bertahan duduk di studying room untuk belajar. Dan “study environment”itu adalah biasa di sini, suasana yang mama tidak pernah temukan saat studi di Negara kita. Saat week end, perpustakaan wilayah Amsterdam yang luar biasa nyaman dan mewah itu selalu penuh. Mama bahkan tidak kebagian tempat untuk belajar karena berangkat ke sana sudah kesiangan sekitar jam 2. Jadi terpaksa lah mama ambil tempat duduk di sofa yang tidak kalah nyaman walaupun tanpa meja. Openbare Bibliotheek Amsterdam atau OBA nama perpustakaan Amsterdam itu sayang, sangat mewah, hingga 6 lantai nak..atau mungkin lebih?? Bahkan Amsterdam tidak punya satupun shopping mall yang bertingkat kayak di tempat kita, tapi perpustakaannya?? It’s heaven...my dear, it's really a heaven.

Mama janji sayang..mama janji...suatu saat sasha akan merasakan nyamannya studi di Negara maju, Insha Allah. Karena mereka memang sangat menghargai ilmu, buku dan waktu. Terlepas dari atheism dan crazy liberalism nya Mama sangat menghargai pengalaman dengan semua advantage dan sisi positif yang bisa mama petik disini.

Saat kembali nanti mama ingin wujudkan impian kita itu nak, untuk punya satu ruangan yang kecil saja di rumah kecil kita, buat kita menyimpan koleksi buku-buku kita, buat Sasha untuk membuka jendela menuju dunia yang berbeda. Ah, Sasha akan punya banyak jendela nanti, hahaha jadi bukan Cuma Nobita yang punya pintu ke mana saja. Sasha juga bisa punya jendela ke mana saja, yah buku-buku itu akan menjadi jendela ke mana saja buat Sasha. Seperti buku ensiklopedia transportasi atau ensiklopedia anak empat musim itu, akan membawa kita terbang berhayal ke tempat-tempat yang luar biasa. Apalagi sekarang anak Mama sudah lancar membaca, akan Mama manjakan Sasha dengan jendala ke mana saja. Mama janji akan support apapun mimpi Sasha nanti, selama anak mama masih dalam koridor yang akan menjaga dignity sebagai muslimah, Mama akan dukung sayang. Insha Allah semua tergantung impian dan potensi Sasha.

Doakan Mama bisa segera menyelesaikan studi mama ya sayang. Mama masih in the middle of the fight. Bukan mudah sayang, bukan mudah...Mama harus berjuang untuk thesis dan 1 mata kuliah lagi sambil menunggu hasil exam di blok lalu. Tapi yang pasti Mama tahu, sudah banyak sekali buku-buku, cerita-cerita, pengalaman-pengalaman dan segudang dongeng nyata yang akan mama bawa buat anak mama. Insha Allah dengan sekuat-kuat ikhtar, sepenuh harap dalam do’a dan sepasrah-pasrahnya bertawakkal Allah akan meridhai dan melimpahkan barokahNya. Amiin.

Mama akan lanjutkan lagi cerita mama nanti ya sayang..sun sayang untuk anak mama.

PS: notes selama di Amsterdam ini juga be dedicated untuk para "dream lover"


*original post

*ditulis oleh andriani anwar dari belanda untuk buah hatinya rummaisha lathifa di samarinda, kaltim, indonesia.

6 comments:

  1. Saya kagum dengan mbak dan saya rasa anak mbak pasti bangga memiliki ibu seperti mbak.

    Memang keren banget ya perpustakaan dan museum di sana :) Dosen ku sering bercerita tentang itu serta memperlihatkan gambar-gambarnya. Ingin rasanya suatu saat saya bisa kesana.

    Mbak sangat beruntung dan semoga Allah selalu menyertai mbak dalam melaksanakan study di negeri orang. Salam kenal mbak :)

    ReplyDelete
  2. salam kenal juga mba dwee ^^
    sebenarnya surat ini bukan saya yg menulis. tp teman saya. saya minta ijin untuk mempostingnya di blog saya karena tersentuh dgn isinya. kak andriani memang sangat beruntung dan dia memang ibu yg sangat tangguh. perjuangannya tidak pernah sia2. kita doakan saja semoga studinya bisa berjalan dgn lancar

    ReplyDelete
  3. Mata saya berkaca-kaca...saya belum pernah menjadi ibu, tapi saat Mbak tulis we can't ride a horse at the same time..langsung berkaca-kaa dech....

    Saya percaya dengan Mama yang hebat pasti anaknya juga luar biasa...

    Peluk sayang buat SaSha :)

    ReplyDelete
  4. Wahhhh, he he he

    Gak baca comment ternyata bukan punya Mbak yah :P

    ReplyDelete
  5. duuuh gimana rasanya yaa berpisah sama anak yang lagi lucu lucunya.. yang lagi berkembang dan pasti setiap hari menunjukkan hal hal baru...
    terlihat betul dari suratnya...
    indahnya Mbak.....

    semoga mereka bisa segera bertemu dan gak berpisah lagi yaaa

    ReplyDelete
  6. mama Shasha.... it's so touching....

    ReplyDelete

hi,i'm fitria.
Thanks for visiting my blog.
and i love to read your comment.
leave your email if you need some answer ;D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...